Alamat: Jl. Jend. Sudirman 65 Sidareja | Kec. Sidareja | Kab. Cilacap | Prov. Jawa Tengah | Telp. (0280) 523265 | E-Mail: biksdit@yahoo.co.id

Member of JSIT-Indonesia

Mencetak Santri Berakhlak Mulia, Mandiri Dan Cerdas

Tuesday, August 7, 2012

STRATEGI UNTUK MENARIK PERHATIAN SISWA DI KELAS


Strategi Linguistik : Menuliskan kalimat “Harap tenang!” di papan tulis 
Strategi Musik : bertepuk tangan secara ritmis dan meminta siswa menirukannya.
Strategi Kinestetis – Jasmani : Meletakkan jari di bibir untuk meminta siswa diam, sementara tangan lain diangkat lurus ke atas. Mintalah siswa menirukannya.
Stategi Spasial : Memasang gambar kelas yang tenang di papan tulis dan jadikan gambar sebagai acuan, dengan bantuan alat penunjuk.
Strategi Matematis – Logis : menggunakan stopwatch untuk mencatat waktu yang terbuang dan menuliskan di papan tulis setiap detik yang hilang dalam interval 30 detik. Katakan pada siswa bahwa waktu tersebut adalah waktu yang hilang dari jam pelajaran, yang harus digantikan nantinya.
Strategi Iterpersonal : Membisikkan ketelinga satu murid, “Sekarang saatnya untuk-teruskan pesan ini,” dan tunggulah sementara sang siswa menyampaikan pesan tersebut secarai berantai ke seluruh kelas.
Strategi Intapersonal : Mulailah mengajar, dan biarkan siswa bertanggung jawab atas kelakuan mereka sendiri.
Strategi Naturalis: putarlah kaset kicauan burung atau (akan lebih baik) membawa binatang hidup ke dalam kelas. Pada umumnya, setiap kali ada binatang di dalam kelas, kesanalah perhatian akan tertuju!


Karya Chen Jigpan dengan judul Confucius as a theacer
Apa yang bisa kami ambil dari confucius?
Gabungkan yang terbaik dari yang baru dengan yang terbaik dari yang lama.
Belajarlah melalui praktik.
Gunakan dunia sebagai ruang kelas.
Gunakan music dan puisi untuk belajar-mengajar.
Padukan kegiatan akademis dengan fisik
Belajarlah tentang cara, bukan Cuma tentang fakta.
Layanilah semua gaya belajar yang ada.
Bangunlah nilai dan prilaku terpuji
Berilah kesempatan yang sama bagi semua orang.
Spesikasi tujuan siswa
Peserta didik perlu diperkenalkan dengan tujuan atau cita-cita yang sangat spesifik dan jelas. Tujuan yang tidak jelas akan sulit membangkitkan minat. Tujuan yang tidak spesifik akan menulitkan seseorang membangun “jalan” menuju arah tujuan tersebut. Dan ciptakanlah pusat kegiatan khusus dalam ruang kelas bagi tiap-tiap kecerdasan yang memiliki seorang anak. Namai kelas-kelas itu berdasarkan orang ternama yang menonjol dalam masing-masing area. Seperti kelas Thomas Amstrong, kelas Howard Gardene, Kelas Melly guslow, kelas Soe Hok gie di el el.
Sekolah Toleransi
“Bangunlah suasana kelas yang di dalamnya ada kegairahan untuk mencapai hidup yang lebih baik”
Hal terpenting bagi kita adalah menyadari dan mengembangkan semua ragam kecerdasan manusia dan komnasi-kombinasinya.
Kita berbeda karena memiliki kombinasi kecerdasan yang berlainan.
Apabila kita menyadari hal ini, setidaknya kita mempunyai berbagai peluang untuk menangani masalah yang kita hadapi di dunia ini dengan baik.
Tempelkan Pesan-pesan berikut untuk membantu membangun toleransi sekolah

Stasiun Cerdas
Salah satu cara untuk menciptakan latihan-silang adalah melalui Stasiun Cerdas Quantum Teaching – stasiun-stasiun untuk jenis-jenis cerdas yang berbeda. Tempatkan stasiun-stasiun sesungguhnya di sekeliling kelas untuk setiap unsure kecerdasan majemuk. Siswa mengunjungi stasiun-stasiun tersebut untuk mengasah setiap bagian kecerdasannya selama waktu tertentu. Ini dapat dilakukan berkelompok atau perseorangan, di dalam atau di luar jam pelajaran, stasiun-stasiun itu dapat berupa pengalaman mentah dari kecerdassan menjadi focus, seperti :
S : Pictionary atau permainan menembak gambar,
L : Scattegories atau permainan mencari kata,
I : Kegiatan Kelompok,
M : Lagu atau Rap,
N : Kegiatan di alam,
B : Tarian atau kegiatan atletik,
I : Refleksi,
L : Teka teki atau logika

7 Penyakit Pendidikan dan Obatnya
(Meier :”Accelerated Learning Handbook: panduan kreatif dan efektif merancang proram pendidikan dan pelatihan)

Penyakit 1: Puritanisme
Belajar bagi kaum puritan, adalah indrktrinasi – sering merupakan kegiatan yang suram, tampa kegembiraan, dan hanya berisi hafalan. Dengan ciri-ciri disiplin yang ketat, sering disertai dengan “tongkat” (untuk memukul), yang cenderung menimbulkan rasa sakit. Seolah-olah Dalam pembelajaran itu tidak diperbolehkan memunculkan sikap tertawa. (penyakit ini dipenuhi dengan intimidasi,tekanan, dan kesakitan)
Obatnya :
Untuk mengatasinya adalah dengan mengembalikan kegembiraan dalam belajar.

Penyakit 2: Individualisme
Kebanyakan pendidikan menekankan prestasi individu.
Obatnya :”belajar baik itu bersifat sosial” jika orang saling membantu untuk belajar (baik mereka masih kanak-kanan maupun sudah dewasa)pembelajaran akan meningkat pesat.
Penyakit 3 : Model Pabrik
Sekolah pabrik adalah segala sesuatu di buat berurutan, dikontrol, dikotak-kotakkan, dan diseragamkan oleh kantor pusat. Anak-anak dipisahkan sesuai usia. Kurikulum ditetapkan untuk setiap tahap produksi. Setiap orang patuh pada penentuan waktu dalam jadwal produksi. Guru menjadi penyelia jalur produksi. Prodiksi dijalankan sesuai pedoman. Dan birokrasi raksasa muncul untuk mengontrol, mengukur, dan mengelola upaya raksasa itu.
Obatnya : mengganti pendidikan model sajian nasi rames menjadi jamuan prasmanan. Tidak ada satu cara terbaik. Pasti ada banyak cara yang bisa di tempuh dalam belajar. Pokok bahasan yang sama dapat diberikan dalam berbagai bentuk sesuai dengan berbagai jenis kepribadian dan gaya belajar.
Penyakit 4: Pemikiran Ilmiah barat
Belajar dibagi ke dalam subjek-subjek yang terpisah, masing-masing diajarkan sendiri-sendiri. Subjek itu sering diajarkan “di luar jalur” dengan cara yang benar-benar linier, terpisah dari hubungan timbal-balik sistemis dan simultan mereka dengan factor-faktor lain di dunia nyata.
Obatnya : pemelajaran harus dikembalikan kepada sifatnya yang holistic dan dalam konteks. Karena pengalaman adalah guru terbaik, tepat sekali jika orang tidak hanya belajar mengenai suatu subjek di luar jalur, tetapi (sebanyak mungkin ) mengalaminya sendiri dalam lingkungannya di dunia nyata. Ini memang lebih merepotkan, lebih ambigu, dan mungkin tidak begitu mudah dikontrol, tetapi siklus berusaha di dunia nyata, umpan balik, dan berusaha kembali berkali-kali lebih efektif daripada berada di luar jalur. Cara belajar terbaik bukanlah dengan mendengarkan kuliah atau memandang layar computer, belajar yang terbaik adalah dengan mengalami, dengan melakukan pekerjaan itu sendiri.

Penyakit 5: Pemisahan Pikiran/Tubuh
Pemikiran ilmiah barat bukan hanya telah memisahkan individu dari alam dan dari pengalaman holistic di dunia, melainkan juga telah memisahkan individu dari dirinya sendiri. Pikiran rasional menjadi focus pendidikan, Sentara tubuh dianggap tidak penting, tetapi juga mengganggu.
Obatnya: mempersepsi kembali bahwa pikiran dan tubuh bukanlah entitas terpisah, melainkan satu keseluruhan yang terpadu dan tak terpisahkan. Sesungguhnya, pikiran itu tidak terbatas pada otak saja, tetapi disebarkan keseluruh tubuh. Dan tubuh mempengaruhi otak dengan berbagai cara. Gerakan tidak hanya meningkatkan sirkulasi otak, tetapi juga menghasilkan zat kimia yang penting bagi jaringan saraf di dalam otak.
Penyakit 6: Dominasi Pria
Sekolahan yang hanya di peruntukkan pria.
Obatnya : belajar yang baik dan kehidupan yang sehat merupakan campuran dari kedua sifat baik maskulin maupun feminim,.
Penyakit 7: Media Cetak
Berkat media cetak, pendidikan sekarang cenderung menekankan otak kiri dan berdasarkan kata semata. Ketika lita berfikir untuk merancang kurikulum, yang masuk kedalam pikiran kita adalah KATA.


Obatnya : Mengubah konsep bahwa belajar sebaiknya tidak berdasarkan kata-kata semata, melainkan juga berdasarkan pada pengalaman nyata. Ubah pelajaran berbasiskan aktivitas. Beri para pembelajaran itu konteks dunia-nyata seautentik mungkin. Dan melibatkan seluruh potensi otak mereka, seluruh tubuh mereka, dan seluruh indra mereka dalam belajar.

Kunjungi artikel lainnya >>> Site Map

0 komentar:

Post a Comment