Strategi Musik : bertepuk tangan secara ritmis dan meminta
siswa menirukannya.
Strategi Kinestetis – Jasmani : Meletakkan jari di bibir
untuk meminta siswa diam, sementara tangan lain diangkat lurus ke atas.
Mintalah siswa menirukannya.
Stategi Spasial : Memasang gambar kelas yang tenang di papan
tulis dan jadikan gambar sebagai acuan, dengan bantuan alat penunjuk.
Strategi Matematis – Logis : menggunakan stopwatch untuk
mencatat waktu yang terbuang dan menuliskan di papan tulis setiap detik yang
hilang dalam interval 30 detik. Katakan pada siswa bahwa waktu tersebut adalah
waktu yang hilang dari jam pelajaran, yang harus digantikan nantinya.
Strategi Iterpersonal : Membisikkan ketelinga satu murid,
“Sekarang saatnya untuk-teruskan pesan ini,” dan tunggulah sementara sang siswa
menyampaikan pesan tersebut secarai berantai ke seluruh kelas.
Strategi Intapersonal : Mulailah mengajar, dan biarkan siswa
bertanggung jawab atas kelakuan mereka sendiri.
Strategi Naturalis: putarlah kaset kicauan burung atau (akan
lebih baik) membawa binatang hidup ke dalam kelas. Pada umumnya, setiap kali
ada binatang di dalam kelas, kesanalah perhatian akan tertuju!
Karya Chen Jigpan dengan judul Confucius as a theacer
Apa yang bisa kami ambil dari confucius?
Gabungkan yang terbaik dari yang baru dengan yang terbaik
dari yang lama.
Belajarlah melalui praktik.
Gunakan dunia sebagai ruang kelas.
Gunakan music dan puisi untuk belajar-mengajar.
Padukan kegiatan akademis dengan fisik
Belajarlah tentang cara, bukan Cuma tentang fakta.
Layanilah semua gaya belajar yang ada.
Bangunlah nilai dan prilaku terpuji
Berilah kesempatan yang sama bagi semua orang.
Spesikasi tujuan siswa
Peserta didik perlu diperkenalkan dengan tujuan atau
cita-cita yang sangat spesifik dan jelas. Tujuan yang tidak jelas akan sulit
membangkitkan minat. Tujuan yang tidak spesifik akan menulitkan seseorang
membangun “jalan” menuju arah tujuan tersebut. Dan ciptakanlah pusat kegiatan
khusus dalam ruang kelas bagi tiap-tiap kecerdasan yang memiliki seorang anak.
Namai kelas-kelas itu berdasarkan orang ternama yang menonjol dalam
masing-masing area. Seperti kelas Thomas Amstrong, kelas Howard Gardene, Kelas
Melly guslow, kelas Soe Hok gie di el el.
Sekolah Toleransi
“Bangunlah suasana kelas yang di dalamnya ada kegairahan untuk
mencapai hidup yang lebih baik”
Hal terpenting bagi kita adalah menyadari dan mengembangkan
semua ragam kecerdasan manusia dan komnasi-kombinasinya.
Kita berbeda karena memiliki kombinasi kecerdasan yang
berlainan.
Apabila kita menyadari hal ini, setidaknya kita mempunyai
berbagai peluang untuk menangani masalah yang kita hadapi di dunia ini dengan
baik.
Tempelkan Pesan-pesan berikut untuk membantu membangun
toleransi sekolah
Stasiun Cerdas
Salah satu cara untuk menciptakan latihan-silang adalah
melalui Stasiun Cerdas Quantum Teaching – stasiun-stasiun untuk jenis-jenis
cerdas yang berbeda. Tempatkan stasiun-stasiun sesungguhnya di sekeliling kelas
untuk setiap unsure kecerdasan majemuk. Siswa mengunjungi stasiun-stasiun
tersebut untuk mengasah setiap bagian kecerdasannya selama waktu tertentu. Ini
dapat dilakukan berkelompok atau perseorangan, di dalam atau di luar jam
pelajaran, stasiun-stasiun itu dapat berupa pengalaman mentah dari kecerdassan
menjadi focus, seperti :
S : Pictionary atau permainan menembak gambar,
L : Scattegories atau permainan mencari kata,
I : Kegiatan Kelompok,
M : Lagu atau Rap,
N : Kegiatan di alam,
B : Tarian atau kegiatan atletik,
I : Refleksi,
L : Teka teki atau logika
7 Penyakit Pendidikan dan Obatnya
(Meier :”Accelerated Learning Handbook: panduan kreatif dan
efektif merancang proram pendidikan dan pelatihan)
Penyakit 1: Puritanisme
Belajar bagi kaum puritan, adalah indrktrinasi – sering
merupakan kegiatan yang suram, tampa kegembiraan, dan hanya berisi hafalan.
Dengan ciri-ciri disiplin yang ketat, sering disertai dengan “tongkat” (untuk
memukul), yang cenderung menimbulkan rasa sakit. Seolah-olah Dalam pembelajaran
itu tidak diperbolehkan memunculkan sikap tertawa. (penyakit ini dipenuhi
dengan intimidasi,tekanan, dan kesakitan)
Obatnya :
Untuk mengatasinya adalah dengan mengembalikan kegembiraan
dalam belajar.
Penyakit 2: Individualisme
Kebanyakan pendidikan menekankan prestasi individu.
Obatnya :”belajar baik itu bersifat sosial” jika orang
saling membantu untuk belajar (baik mereka masih kanak-kanan maupun sudah
dewasa)pembelajaran akan meningkat pesat.
Penyakit 3 : Model Pabrik
Sekolah pabrik adalah segala sesuatu di buat berurutan,
dikontrol, dikotak-kotakkan, dan diseragamkan oleh kantor pusat. Anak-anak
dipisahkan sesuai usia. Kurikulum ditetapkan untuk setiap tahap produksi.
Setiap orang patuh pada penentuan waktu dalam jadwal produksi. Guru menjadi
penyelia jalur produksi. Prodiksi dijalankan sesuai pedoman. Dan birokrasi
raksasa muncul untuk mengontrol, mengukur, dan mengelola upaya raksasa itu.
Obatnya : mengganti pendidikan model sajian nasi rames
menjadi jamuan prasmanan. Tidak ada satu cara terbaik. Pasti ada banyak cara
yang bisa di tempuh dalam belajar. Pokok bahasan yang sama dapat diberikan
dalam berbagai bentuk sesuai dengan berbagai jenis kepribadian dan gaya
belajar.
Penyakit 4: Pemikiran Ilmiah barat
Belajar dibagi ke dalam subjek-subjek yang terpisah,
masing-masing diajarkan sendiri-sendiri. Subjek itu sering diajarkan “di luar
jalur” dengan cara yang benar-benar linier, terpisah dari hubungan timbal-balik
sistemis dan simultan mereka dengan factor-faktor lain di dunia nyata.
Obatnya : pemelajaran harus dikembalikan kepada sifatnya
yang holistic dan dalam konteks. Karena pengalaman adalah guru terbaik, tepat
sekali jika orang tidak hanya belajar mengenai suatu subjek di luar jalur,
tetapi (sebanyak mungkin ) mengalaminya sendiri dalam lingkungannya di dunia
nyata. Ini memang lebih merepotkan, lebih ambigu, dan mungkin tidak begitu
mudah dikontrol, tetapi siklus berusaha di dunia nyata, umpan balik, dan
berusaha kembali berkali-kali lebih efektif daripada berada di luar jalur. Cara
belajar terbaik bukanlah dengan mendengarkan kuliah atau memandang layar
computer, belajar yang terbaik adalah dengan mengalami, dengan melakukan
pekerjaan itu sendiri.
Penyakit 5: Pemisahan Pikiran/Tubuh
Pemikiran ilmiah barat bukan hanya telah memisahkan individu
dari alam dan dari pengalaman holistic di dunia, melainkan juga telah
memisahkan individu dari dirinya sendiri. Pikiran rasional menjadi focus
pendidikan, Sentara tubuh dianggap tidak penting, tetapi juga mengganggu.
Obatnya: mempersepsi kembali bahwa pikiran dan tubuh
bukanlah entitas terpisah, melainkan satu keseluruhan yang terpadu dan tak
terpisahkan. Sesungguhnya, pikiran itu tidak terbatas pada otak saja, tetapi
disebarkan keseluruh tubuh. Dan tubuh mempengaruhi otak dengan berbagai cara.
Gerakan tidak hanya meningkatkan sirkulasi otak, tetapi juga menghasilkan zat
kimia yang penting bagi jaringan saraf di dalam otak.
Penyakit 6: Dominasi Pria
Sekolahan yang hanya di peruntukkan pria.
Obatnya : belajar yang baik dan kehidupan yang sehat merupakan
campuran dari kedua sifat baik maskulin maupun feminim,.
Penyakit 7: Media Cetak
Berkat media cetak, pendidikan sekarang cenderung menekankan
otak kiri dan berdasarkan kata semata. Ketika lita berfikir untuk merancang
kurikulum, yang masuk kedalam pikiran kita adalah KATA.
Obatnya : Mengubah konsep bahwa belajar
sebaiknya tidak berdasarkan kata-kata semata, melainkan juga berdasarkan pada
pengalaman nyata. Ubah pelajaran berbasiskan aktivitas. Beri para pembelajaran
itu konteks dunia-nyata seautentik mungkin. Dan melibatkan seluruh potensi otak
mereka, seluruh tubuh mereka, dan seluruh indra mereka dalam belajar.
Kunjungi artikel lainnya >>> Site Map
0 komentar:
Posting Komentar